Perang Paderi
Pengaruh gerakan Wahabi di Arabia sangat besar pada permulaan abad ke 19 didaerah Sumatra Barat atau Minangkabau. Pengandjur-pengandjur jang terpenting ialah Hadji Miskin, Hadji Sumanik dan Hadji Piabang. Mereka baru sadja kembali dari Arabia pada tahun 1803, Karena pengaruh gerakan itu timbullah disana Kaum Putih atau Kaum Paderi. Mereka menentang kebiasaan-kebiasaan jang mereka anggap buruk a.l. mengadu ayam, minum tuak, berdjudi, dan menghisap madat. Karena golongan adat bersitegang maka timbullah perselisihan-perselisihan antara golongan Paderi itu dengan golongan adat. Perselisihan-perselisihan itu meruntjing mendjadi peperangan. Pengaruh Paderi sangat besar di Lintau, Bondjol dan Tanah Datar. Pada tahun 1822 Belanda ikut tjampur tangan dalam perselisihan itu. Batusangkar dan Bukittinggi dapat diduduki oleh orang Belanda. Belanda jang tadinja membantu golongan adat melawan golongan Paderi, achirnja memusuhi oleh kedua golongan itu.
Meskipun ke 2 kota jang kita sebutkan diatas diduduki Belanda, perlawanan terus berkobar. Kadang-kadang djatuh kurban jang tidak ketjil dikalangan pasukan-pasukan Belanda, seperti jang tedjadi di Marapalam. Karena kesibukan-kesibukan di Djawa, maka Belanda pada tahun 1824 mengadakan perdjandjian dengan orang-orang Bondjol, pusat perlawanan melawan Belanda. Tetapi sesudah perang Dipanegara selesai, Belanda melandjutkan permusuhannja di Sumatran Barat.
Pada tahun 1832 Bondjol dapat direbut Belanda, pemimpinnja Tuanku Imam Bondjol sempat melarikan diri. Pada tahun berikutnja orang-orang Paderi berhasil merebut Bondjol kembali dan orang Belanda jang ada dibunuh semua.
Pada waktu itu Van Den Bosch datang kesana dan mengumumkan Pelakat Pandjang.
Isinja antara lain:
a. Penduduk asli dibebaskan dari padjak jang berat dan jang bersifat langsung
b. Kerdja rodi dihapuskan. Kalau ada pekerdjaan jang memerlukan tenaga kasar, sebaiknja dipergunakan tenaga bajaran
c. Bea masuk dan keluar tetap didjalankan, demikian pula monopoli garam dan tjandu
d. Pemimpin-pemimpin rakjat (misalnja Kepala Kampung) akan diberi gadji
e. Penduduk boleh mengurus soal-soalnja, tetapi pemerintah Belandalah jang mengatur keseluruhannja
f. Penduduk diandjurkan menanam tumbuh-tumbuhan jang hasilnja laku di pasar Eropa.
Pada tahun 1836 kedudukan Belanda di Minangkabau sangat buruk. Serdadu-serdadunja banjak jang mati, luka-luka dan sakit. Tetapi pada tahun 1837 diputuskan supaja Bondjol direbut. Usaha itu berhasil pada bulan Agustus tahun itu djuga. Tuanku Imam Bondjol tertangkap, kemudian dibawa ke Betawi dan diasingkan di Sukabumi. Achirnja pemimpin besar itu berpulang pada tahun 1866.
Sesudah itu Belanda merebut Tapanuli Selatan. Penduduk Sumatra Baratpun dipaksa menanam kopi. Haasil jang didapat Belanda disana kurang, karena penduduk setjara gelap berdagang dengan Singapore.
Sumber: Sedjarah tanah airku untuk SR di seluruh Indonesia, Soemardjo, Penerbit/Toko Buku "PELADJAR" C.V, Djalan Waringin Bandung, Djilid II, kl.VI, Tjetakan ke VI, Surat Dept. P.D. dan K. no: 66/U.P.I.K./62 TGL. 8 Mei 1962, Izin Paperda no.:031/Sementara/60, halaman 22 s/d 24
Pada tahun 1832 Bondjol dapat direbut Belanda, pemimpinnja Tuanku Imam Bondjol sempat melarikan diri. Pada tahun berikutnja orang-orang Paderi berhasil merebut Bondjol kembali dan orang Belanda jang ada dibunuh semua.
Pada waktu itu Van Den Bosch datang kesana dan mengumumkan Pelakat Pandjang.
Isinja antara lain:
a. Penduduk asli dibebaskan dari padjak jang berat dan jang bersifat langsung
b. Kerdja rodi dihapuskan. Kalau ada pekerdjaan jang memerlukan tenaga kasar, sebaiknja dipergunakan tenaga bajaran
c. Bea masuk dan keluar tetap didjalankan, demikian pula monopoli garam dan tjandu
d. Pemimpin-pemimpin rakjat (misalnja Kepala Kampung) akan diberi gadji
e. Penduduk boleh mengurus soal-soalnja, tetapi pemerintah Belandalah jang mengatur keseluruhannja
f. Penduduk diandjurkan menanam tumbuh-tumbuhan jang hasilnja laku di pasar Eropa.
Pada tahun 1836 kedudukan Belanda di Minangkabau sangat buruk. Serdadu-serdadunja banjak jang mati, luka-luka dan sakit. Tetapi pada tahun 1837 diputuskan supaja Bondjol direbut. Usaha itu berhasil pada bulan Agustus tahun itu djuga. Tuanku Imam Bondjol tertangkap, kemudian dibawa ke Betawi dan diasingkan di Sukabumi. Achirnja pemimpin besar itu berpulang pada tahun 1866.
Sesudah itu Belanda merebut Tapanuli Selatan. Penduduk Sumatra Baratpun dipaksa menanam kopi. Haasil jang didapat Belanda disana kurang, karena penduduk setjara gelap berdagang dengan Singapore.
Sumber: Sedjarah tanah airku untuk SR di seluruh Indonesia, Soemardjo, Penerbit/Toko Buku "PELADJAR" C.V, Djalan Waringin Bandung, Djilid II, kl.VI, Tjetakan ke VI, Surat Dept. P.D. dan K. no: 66/U.P.I.K./62 TGL. 8 Mei 1962, Izin Paperda no.:031/Sementara/60, halaman 22 s/d 24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar